![]() |
Untuk kalian wahai pemuda pemudi yang ngakunya anak mol, yang ngakunya anak gaul bingit, please belajarlah untuk selalu membaca & mentaati peraturan yang ada. Peraturan dibuat untuk dilanggar sudah so yesterday sekali. Peraturan dibuat karena berbagai alasan dan dasar yang kuat.
Kalian adalah generasi bangsa. Kalian akan menjadi ibu & ayah anak kalian sendiri. Di tangan kalian lah indonesia akan berubah. Mungkin menjadi lebih baik. Mungkin pun tidak. Tangan kalian yang akan menentukannya nanti.
Untuk kalian pemuda pemudi yang ngakunya anak mol, yang ngakunya anak gaul bingit. Perkenalkan, saya adalah ibu beranak tiga tanpa bantuan asisten yang sesekali harus ke mol juga.
Tangan saya lebih sedikit dari jumlah anak yang saya bawa. Oleh karena itu saya butuh alat bantu yang disebut kereta dorong bayi. Stroller bahasa sononya. Anak terkecil saya duduk di stroller, 2 kaka nya memegang gagang kanan-kiri stroller.
Hanya itu satu-satu nya cara saya bisa tetap menjaga mereka di keramaian. Karena keterbatasan ini pun, saya tak punya pilihan lain selain menggunakan elevator sebagai sarana saya menuju satu lantai ke lantai lain.
Kalian tahu elevator kan? Itu lho fasilitas mol yang biasa membuat kita saling berebutan masuk ke dalam padahal di pintu masuk jelas tertulis " utamakan kereta dorong bayi, ibu hamil, kursi roda dan difabel". Atau kalian lebih biasa menyebutnya lift.
Sebenarnya saya ingin selagi mengalah dan membiarkan kalian menjadi penguasa lift. Tapi seperti yang saya bilang sebelumnya, saya tak punya pilihan lain. Dengan membawa stroller, saya tidak bisa menggunakan escalator.
Ok, jujur. Saya pernah menaikan stroller saya ke escalator. Beberapa kali bahkan. Karena saya malas menunggu lift yang datangnya lama. Sekali nya ada, penuh dengan kalian, para muda mudi. Tapi kemudian Indira, anak pertama saya protes ketika saya melakukan ini.
"Bunda, itu ada tanda stroller dicoret. Artinya stroller ngga boleh naik sini bun. Kan kita harus mentaati peraturan kata bunda juga".
Jleb. Saya malu. Malu sekali. Sejak itu saya tidak pernah lagi menaikkan stroller saya ke escalator. Biar lah walau pun itu artinya saya harus berdesak-desakan dengan kalian yang bukan sebagai pengguna prioritas lift.
Meski setiap itu terjadi saya selalu berdumel dalam hati. Sesekali saya suarakan lewat sindiran dan kalian bergeming. Mungkin kalian tak paham.
Pada akhirnya seperti biasa saya hanya bisa mengucapkan 'mantra'. Jika ingin berubah mulai lah dari diri sendiri. Dari yang terkecil.
Saya tak bisa mengubah kebiasaan para muda mudi yang tidak mendahulukan pengguna lift yang sesungguhnya. Tapi saya yakin anak-anak saya nanti pasti bisa memberikan tempat untuk orang-orang yang memang lebih membutuhkan lift dan mengalah menggunakan escalator saja.
Bukankah naik menggunakan escalator itu lebih enak ya? Lebih gampang buat 'cuci mata', melihat sana-sini. Kalau saya lagi ber- 'solo karier' saya pasti lebih memilih menggunakan fasilitas escalator ini. Siapa tahu ada cowo cakep ketemu disana. *eh
Oh iya satu lagi yang kelupaan. Please kalau mau masuk lift, berikanlah ruang gerak untuk yang ingin keluar dulu. Tidak usah terburu-buru masuk ke dalam. Yang mau dimasuki itu lift bukan kopaja, jadi santai saja. Ga bakal diteriaki disuruh buru-buru juga. Pencet saja tombol hold, pasti pintunya akan tetap terbuka. Bayangkan jika kalian ingin cepat masuk, lalu yang ingin keluar tidak bisa keluar, apa tidak jadi pepes itu di dalam kotak yang ukurannya ngga lebih dari 2x1 ?
Itu lah dua dasar aturan menggunakan elevator a.k.a lift dengan bijak, yuk mari kita jadi generasi pintar untuk indonesia yang lebih baik lagi.
![]() |
mungkin di mata para muda mudi itu tulisan prioritas elevator seperti huruf kanji makanya mereka tidak paham |
1. http://cdn.xl.thumbs.canstockphoto.com/canstock36182545.jpg
2. https://c2.staticflickr.com/4/3582/3393857762_f52cc8ef04_b.jpg
Setuju bu, memang urusan kaya gini masih banyak yang belum paham, kaya mempersilahkan orang yang keluar dahulu, baru boleh masuk dll. kadang aku juga suka geregetan sendiri....
ReplyDeleteSemoga makin lama org makin sadar aturan ya mba. Demi indonesia lbh baik lg
DeleteWah saya jarang pake lift kalau ngantor. Seringnya malah pake tangga aja. Itung itung olah raga
ReplyDeleteBaguuuus. Biar makin sehat yaa
DeleteIyaa aku sih lebih suka naik escalator. Indira pinter taat aturan banget siiih
ReplyDeleteKalo lg bawa badan doang jg aku lbh sng naik escalator. Hihihi alhamdulillah anaknya taat aturan.
DeleteNgomongin lift kdang tertawa sendiri, krn bnyak Orang desa yang masih takut naik lift.
ReplyDeleteGpp takut mba yg ptg tau aturan. Drpd sok gahul tp ga pny etika. Hehehhe
DeleteBicara tentang lift jadi inget anak ketigaku ..dulu suka pusing kalau naik lift. Alhamdulillah sekarang sudah tidak lagi :)
ReplyDeleteOia? Pusing pewanginya kali ya?
Deletenyebelin memang kalau ketemu abg yang begitu, rasanya pengen dijitakin satu - satu mba ^^
ReplyDeleteHehehhe.. Banget mba
Deletejleb, untung saya waktu muda nggak bertingkah menyebalkan dalam menggunakan lift di mal hehe.. makasih ya mbak atas kunjungannya ke blog saya. makasih komennya. salam kenal mbak :)
ReplyDeleteSalam kenal kembali.. Msksh jg sdh mampir berkunjung
DeleteKalau lift penuh aku sih mending pake tangga or eskalator, sebetulnya urusan lift ini sama dengan kursi di bis atau kereta, banyak orang masih kurang faham kalau orang tua, ibu hamil atau yg bawa anak seharusnya lebih diprioritaskan :)
ReplyDeleteNah iya bener, makanya tugas kita buat mengkampenyakan ttg ini biar makin sadar & indonesia smkn nyaman
DeleteHai mba Ferna. Kalau aku naik lift ama anak, anakku tetap aku pegangin juga dan masukknya bareng2. Pernah kejadian anak temanku masuk duluan eh lift ketutup :(
ReplyDeleteHi mba... Iya bener, hrs hati2 ya klo bwa anak2 naik lift..
Deletesi bungsu seneng bangt naik lift. tapi kalo penuh suka sebel karna orng rebutan masuk dan keluar :(
ReplyDeleteToos sama si bungsu. Sama nak tante jg sebel klo pd masuk & keluar rebutan. Hihihi
DeleteKarena egois y mba jadinya boro2 merhatiin kepentingan org lain :) waktu itu adik tiriku naik lift keleyengan selama didalam lift tutup muka menghadap belakang wkwkwk
ReplyDeleteIyaaa.. Makanya yuk pelan2 kita berubah, kan indo bangsa yg ramah, hrs peka thd sesama..
Deletebtullll... utamakan bayi/anak2, ibu hamil, orang tua, dan difabel
ReplyDeleteTuuul bangeeet
DeleteAhahaha suka deh sama kata2.."yang mau dimasuki itu lift bukan kopaja"wakakakaka bisa aja mbak kreatif deh syukaaaa
ReplyDeleteHihihi.. Makasiii..
DeleteTerkadang itu la ya kan mbak.
ReplyDeleteKebiasaan malas antri.
Masuk asal biar cepat tapi ternyata banyak orang-orang yang seharusnya didahulukan.
Hehehe iya this is remind us as the young gahuel pemuda pemudi generasi mol.
ReplyDeleteKadang sedih juga sih kalau ada ibu ibu atau nenek nenek yang butuh, tapi juga masih desek desekan.
Disisi lain juga mau protes, tapi saya sendirian.
Kadang saya malah takut.
Akhirnya yawis diem.
Padahal diem aja itu juga gak baik sih ya.
Tapi kalau mau ngingetin, udah pernah sih. Cuma trauma. Gimana sih pas ngingetin tujuan baik malah di ceramahin?
Hihi.
Smogaaa kedepannya kak ferna ketemu orang yang SADAR yah pas make lift.
gak berisik jg di dalem.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSetuju banget. Sayang masih sering nemu orang - orang yang antipati terhadap yang lain
ReplyDeleteIya ya mba. Humph, aku baru sadar jadinya. Aku memang kalau ke mall lebih suka naik escalator, tapi kalau merasa gempor langsung pindah ke elevator.
ReplyDeleteIya mba. Benar. Segala yang baik dimulai hal kecil. Dan hal kecil itu diasah dari dalam llingkungan terkecil yaitu keluarga.
Apa karena kita sesama perempuan ya, jadi kalau lihat ibu2 bawa anak, bahkan bapak2 dorong stroller bayi sendirian pun saya bantu bukain pintu. Apalagi cuma sekedar ngalah naik lift duluan ya
ReplyDeleteLebih suka naik tangga sekalian olahraga. Kalo ga kepepet selalu menghindari lift karena pernah ngalami mati lampu di dalam. BTW: orang naik kereta KRL lebih kejam lo.
ReplyDeleteSi Indira pintar ya mbak. Aku juga sering nemu tuh mbak di lift para muda-mudi sambil ketawa-ketawa nggak jelas. Mungkin mereka belum paham ya mbak.
ReplyDelete