![]() |
Sumber gambar : www.freepik.com |
Hidup adalah pilihan. Pilihan
untuk memilih yang terbaik dari yang paling baik. Satu-satunya yang tidak ada
didalam pilihan adalah menyenangkan semua orang. Karena apa pun pilihan yang
kita ambil, selalu saja ada yang mempertanyakan pilihan kita tersebut.
Saya ingat beberapa waktu yang
lalu sempat beredar ilustrasi yang sangat cocok dengan saya maksudkan ini.
Ilustrasinya tentang sepasang suami istri yang menaiki keledai berduaan, lalu
ada orang yang berkomentar “kasian amat keledai sekecil itu dinaiki dengan 2
orang sekaligus”. Lalu digambar berikutnya sang suami turun dari keledai, hanya
istri yang menaiki keledai dan tetap orang tersebut berkomentar “ pasti itu
suaminya takut sama istri. Makanya dia rela jalan sedangkan sang istri
enak-enakan duduk di keledai’. Gambar terakhir akhirnya kedua nya turun dari
keledai. The end? Of course not. Tetap saja ada yang berkomentar, "bodoh sekali
suami istri itu, punya keledai tapi malah tidak dinaiki”. See ? Apa pun pilihan
kita, selalu saja ada yang berkomentar negatif.
Itu lah kenapa terkadang kita
tidak perlu mendengarkan setiap komentar yang diberikan orang lain kepada kita.
Dan itu bagian tersulit sebenarnya. Ketika kita sudah terlanjur
mendengarkannya, bagaimana caranya meng-undo kembali apa yang sudah kita
dengar?
Ada beberapa orang yang memang
dianugerahkan sifat lempeng, jadi apa pun yang dikatakan orang lain dia tidak
mau ambil pusing. Beruntung lah orang-orang seperti itu. Ada juga yang sifatnya
mercon alias meledak-ledak, sedikit saja disulut api langsung dar der dor.
Walau terlihat menyeramkan, positifnya orang-orang seperti ini ya meledaknya
saat itu saja. Setelah itu selesai, tidak ada beban yang tersisa. Yang paling
repot adalah yang ketiga ini, yaitu orang-orang yang terlihat lempeng tapi
sebenarnya kata-kata yang didengarnya disimpan di hati dan terus terngiang-ngiang
di kepalanya. Tak jarang yang ngomongnya saja kadang sudah lupa dulu pernah
bicara seperti itu.
Apesnya saya termasuk tipe yang
ketiga. Seberapun kerasnya saya mengabaikan kata-kata orang lain, jika sudah
terlanjur terdengar pasti akan terekam di memori saya dan terus diputar kayak
kaset rusak.
Beberapa waktu lalu suami saya
sempat komentar setelah membaca draft tulisan saya, katanya “ gaya tulisan kamu
kok ga berubah. Ga ada peningkatan, gitu-gitu aja”. Walau saya terus yakinkan
ke diri sendiri kalau tiap orang punya gaya tulisan yang berbeda-beda, tapi
tetap saja setelah komentar itu muncul saya nge blank mau menulis apa. Tulis
satu kalimat, hapus, tulis lagi, hapus lagi. Dan kemudian tulisan tersebut berakhirnya
mati suri didalam folder draft.
Pepatah yang mengatakan “kau
tidak bisa menutup mulut semua orang, tapi bsa menutup kedua kupingmu sendiri”
sebenarnya tidak lah benar-benar efektif. Terutama untuk orang-orang yang cukup
sensitif seperti saya dan Indira. Fyi, Indira adalah anak pertama saya, tahun
ini umurnya masuk 8 tahun.
Indira juga termasuk anak yang
cukup sensitif ketika mendengar komentar-komentar yang kurang menyenangkan.
Beruntungnya dia, Indira punya saya yang siap menegarkannya kembali tiap kali
dia sedih mendengar hal-hal yang tidak menyenangkan. Keberuntungan lainnya,
Karena saya tau persis tidak enaknya dikomentarin, saya berusaha berhati-hati
jika ingin mengatakan sesuatu ke Indira.
Tapi tentu saya sangat sadar
betul diluar sana tidak semua orang akan melakukan hal yang sama ke Indira.
Tidak semua orang akan sebaik ibu nya. Oleh Karena itu saya mulai belajar
‘menebalkan’ perasaan saya dahulu. Karena kalau saya lebih dulu bisa, maka
dengan mudah saya mengajarkan trik yang sama ke Indira.
Sebagai orang yang pernah kuliah
di Fakultas Ekonomi, saya cukup paham dengan yang namanya segmentasi pasar.
Jika ingin bisnis kita berjalan lancar, yang paling pertama yang harus kita
pelajari adalah yaa segmentasi pasar ini. Dan sebenarnya ini juga bisa berlaku untuk semua implemantasi
kehidupan. Dan bahkan ilmu ini juga bermanfaat saat dulu saya mencari jodoh,
saya harus tahu segmentasi calon imam yang saya cari yang bagaimana demi kenyamanan
dan kemaslahatan hidup ;-p #terekenomi
Hubungannya dengan sensitif
dengan komentar orang-orang apa? Jelas hubungannya sangat erat. Saat ini dalam kehidupan
sehari-hari saya mulai mencoba menerapkan hukum segmentasi pasar ini.
Segmentasi pasar saya adalah orang-orang yang mempunyai pikiran yang sama
dengan sama, dan kalau pun berbeda dia cukup tahu bagaimana menghargai
perbedaan berpikir dan mengemukakan pendapat. Maka orang-orang ini lah yang
akan jadi konsentrasi saya. Diluar dari itu, siapa peduli.
Kesimpulannya adalah segementasi
pasar tidak hanya berlaku untuk bisnis saja, tapi berlaku untuk semua aspek
kehidupan. Dan bahkan sebenarnya bisnis ini sendiri diambil dari kata business
yang bisa diartikan ‘urusan’. So when u hear something that u wont hear, u can
say loadly, ‘its not ur business. Because u’re not my segmented’. Gampang kan? Iyah,
semoga gampang (ngomong sama diri sendiri 😝)
![]() |
Sumber foto : www.freepik.com |
P.s. Hukum ini tidak berlaku untuk
suami saya, dia bebas mengemukakan pendapatnya. Karena selain pendapat, dia
juga memberikan saya pendapatan. Hanya saja pendapatnya akan berbanding lurus
dengan kenyamanan hidupnya. Semakin bagus pendapatnya, semakin nyaman juga
hidup yang dia dapat. Semakin jelek pendapatnya, silahkan tidur di ruang tamu
ditemani nyamuk dan beralaskan lampit (karena kami tidak punya sofa, syukur2
kalau saya berbaik hati memberikan dia bantal). Eventhough it never make me to stop loving u,
just use ur voice so wise man ;p.
hahaha, suaminya kesian amat suru tidur di ruang tamu, tapi tulisan mu bagus kok mbak. Kalau suami ku suka bilang aku idealis kalau nulis, jadi milih-milih gitu nulisnya,hehe padahal bisa banget cari topik yang lagi ngetren trus re-write, tapi kadang yang aku cari bukan sekedar itu :)
ReplyDeleteSuami aku pernah baca blog aku ga ya? Wkwkwkkwk #gagalfokus
ReplyDeleteSaya cenderung ke no 3. Tapi kok lama kelamaan capek sendiri. Makanya mulai agak cuek juga siy. Cuman namanya hati ya, klo lagi gak enak hati... Tetep aja klo ada omongan gak enak mikir juga
ReplyDelete