![]() |
sumber gambar : www.freepik.com |
Tahukah kamu jika setiap orang berpotensi mengalami gangguan integrasi sensori? Tidak hanya anak berkebutuhan khusus saja, tapi semua,
bahkan manusia dewasa sekali pun.
Kalau kalian hampir selalu menumpahkan cairan saat
menuangkannya ke dalam botol tanpa
bantuan corong, itu adalah tanda motorik halus kalian tidak begitu baik. Pernah
merasa terganggu dengan label merk baju yang ada di kerah? Itu pun artinya
kalian punya masalah dengan taktil (peraba).
Hanya saja bedanya untuk orang-orang yang tidak punya masalah apapun Allah sudah menciptakan kemampuan otak sedemikian rupa sehingga kita mampu memproses dengan baik jika terjadi hal-hal tersebut. Nah kemampuan tersebut yang tidak ada atau butuh di-asah ekstra oleh mereka yang memiliki kebutuhan berbeda dengan kita pada umumnya.
Hanya saja bedanya untuk orang-orang yang tidak punya masalah apapun Allah sudah menciptakan kemampuan otak sedemikian rupa sehingga kita mampu memproses dengan baik jika terjadi hal-hal tersebut. Nah kemampuan tersebut yang tidak ada atau butuh di-asah ekstra oleh mereka yang memiliki kebutuhan berbeda dengan kita pada umumnya.
Kenyataannya ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
memiliki gangguan sensori, diantaranya kurang stimulasi, pola asuh yang buruk
dan gangguan bawaan lahir. Saya tidak akan bahas 2 aspek pertama, tapi mari
kita bicara tentang aspek ketiga.
Dan seperti biasa, sebelum saya mulai menulis tentang itu,
ingat lah apapun yang saya tulis disini adalah murni pendapat pribadi
berdasarkan pengalaman yang saya alami dengan Shanaz. Selain itu ditambah
dari pengetahuan-pengetahuan umum yang didapat dari buku, seminar yang saya
ikuti bahkan dari saling curhat dengan sesama orang tua yang bernasib sama.
Ini bukan lah pendapat profesional, saya tidak berlatar belakang ahli medis, psikologi dan sejenisnya. Ini murni pendapat amatir dari seorang ibu yang senang berbagi saja. Silahkan bantah atau menambahkan jika ada yang salah dari tulisan ini, ok?
Ini bukan lah pendapat profesional, saya tidak berlatar belakang ahli medis, psikologi dan sejenisnya. Ini murni pendapat amatir dari seorang ibu yang senang berbagi saja. Silahkan bantah atau menambahkan jika ada yang salah dari tulisan ini, ok?
![]() |
sumber gambar : www.freepik.com |
Sederhananya menurut Dr. Ayres integrasi sensory adalah suatu
kemampuan seseorang dalam menerima berbagai macam sensori yang ada, memproses
sensori tersebut, memahaminya lalu mempresentasikan dalam bentuk perilaku. Kenapa saya menebalkan sekaligus menggaris bawahi kata ‘perilaku’?.
Karena ini lah kata kuncinya.
Anak-anak
yang mengalami gangguan integrasi sensori acap kali dianggap nakal dan tidak
bisa diatur, padahal yang sebenarnya adalah karena keterbatasan kemampuan dia
untuk mengolah sensori tersebut yang membuat perilakunya berbeda dengan yang
disebut orang ‘anak baik’.
Masih menurut ibu Jane, kemampuan integrasi sensori ini
bersifat plastisitas alias mampu berubah dan mampu dibentuk. Dan seorang anak
dianggap memiliki kematangan sensori seutuhnya diumur 6 sampai 7 tahun. Jadi makanya
jangan terburu-buru untuk melabeli anak dengan diagnosa terterntu. Adakalanya karena umurnya saja yang memang masih dini.
Lalu kapan
kita mulai cemas? Ketika si anak sudah off track, tidak sesuai dengan
milestone yang seharusnya, saat itu lah kita mulai bisa mencari bantuan
profesional.
Berdasarkan seminar yang pernah saya ikuti, ada 4 fase
dimana seorang anak bisa berkembang integrasi sensori dengan baik, yaitu :
- Fase pertama, saat awal-awal kehidupannya sebagai manusia, terutama ketika terjadi bonding yang erat antara ibu dan anak. Kesempatan emas ini bisa didapat salah satunya saat proses menyusui. Dari segi posisi, kelekatan semua sangat mendukung untuk membantu mengembangkan integrasi sensorinya
- Fase kedua, ketika anak sudah mulai merasakan emosi dan mampu mengendalikan setiap emosi yang ada. Di fase ini pola asuh cukup berperan. Fase ini biasa dianggap juga sebagai building block dari stabilisasi emosi
- Fase ketiga, di fase ini auditori dan vestibular (keseimbangan) anak sudah mampu berkembang dengan baik. Kenapa auditori dan vestibular berkaitan? Karena seperti kita tahu, vestibular letaknya ada di telingan bagian dalam. Dan ini lah masalah utama anak saya. Sebagai anak yang terlahir dengan gangguan pendengaran tentu ini berdampak banyak terhadap perkembangan integrasi sensorinya.
- Fase keempat, pada fase ini sudah masuk kedalamnya kemampuan bersosial si anak. Bagaimana dia mampu berinteraksi dengan teman sesamanya, menyelesaikan masalah, intersosial, intrasosial dan lain sebagainya.
Jika semua fase tersebut dapat dicapai seutuhnya maka bisa
dipastikan si anak akan tumbuh dengan baik tanpa masalah apapun.
Tapi kenyataannya adalah di zaman berteknologi canggih seperti sekarang ini, anak sudah kehilangan kesempatan berkembang integrasi sensorinya sejak dari fase pertama. So sad but its true :(
Tapi kenyataannya adalah di zaman berteknologi canggih seperti sekarang ini, anak sudah kehilangan kesempatan berkembang integrasi sensorinya sejak dari fase pertama. So sad but its true :(
So what you have to do? Simple sis, just play
with ur kid. Bermain dan bermain lah dengan anakmu. Ibu adalah dunia bagi
anak-anaknya. Maka jadilah dunia yang menyenangkan.
Makna bermain sama anak itu
bukan hanya mengajak anak ke tempat bermain di pusat perbelanjaan, dimana anak bermain sepuasnya, lalu ibunya
di sisi sudut sambil bermain ponsel (sesekali swadaya foto dan unggah ke media
sosial). Nope, bukan itu sis.
Bermain bersama anak tidak harus mahal kok, bawa
dia ke halaman depan saja anak sudah senang. Rasakan sensasi jalan di rumput
tanpa sandal misalnya atau yang paling sederhana dan tidak butuh usaha besar
bacakan saja anak buku sebelum tidur. Gampang kan?
Lalu bagaimana kita bisa menyadari jika si
anak sudah mengalami gangguan integrasi sensori?
Ada banyak sekali sebenarnya
ciri-ciri untuk itu, salah satunya adalah ketika dia menolak bermain dengan playdough,
pasir atau bahkan lem. Ketika dia tidak nyaman dipeluk, suka menggigit jari dan
tangan. Ataupun ketika dia suka berguling di lantai dan sering menutup telinganya. Untuk lebih
lanjut silahkan cari di internet artikel-artikel mengenai ini ya, akan lebih
baik lagi jika langsung berkonsultasi dengan ahli terkait.
![]() |
sumber gambar : www.freepik.com |
Pada akhirya gangguan integrasi sensori
ini akan berpengaruh kepada aspek tertingginya yaitu, aktifitas sehari-hari,
pembelajaran akademik dan perilaku. Yup seperti saya bilang diawal ketika si
anak tidak bisa memproses sensori yg ada pada tubuhnya maka pasti akan
berbanding lurus dengan perilakunya.
Mungkin kalian ingat saat bersekolah dulu selalu saja
ada satu anak yang tidak bisa diam, usil dan selalu jadi biang kerok? Itu semuanya
sebenarnya adalah akibat dari sensorinya yang tidak ter-integrasi dengan baik,
bukan nakal.
Dan untuk amak-anak seperti itu seharusnya butuh metode belajar
khusus, tidak bisa hanya duduk dalam kelas. Jika dipaksakan maka yang kemudian
terjadi pastilah akan berhubungan dengan kemampuan akademiknya yang kemudian lagi-lagi orang
akan salah kaprah dengan melabelinya ‘anak bodoh’ :(
Untuk mencegah itu semua maka ada 3 pondasi kuat yang harus
dimiliki oleh anak-anak kita, yaitu sentuhan (didapat dari sensori
raba/taktil), postur tubuh (didapat dari sensori keseimbangan/vestibular) dan
yang terakhir sendi (didapat dari sensori proprioseptif).
Semua ini saling
berkaitan satu sama lain. Jika ketiganya tidak terstimulasi dengan baik, maka ke atasnya juga pasti tidak akan
berjalan dengan mulus.
Berikut saya berikan gambar terkait masalah ini ya
![]() |
sumber diambil dari https://www.momentumpedia.com/2019/01/Dasar.Terapi.Okupasi.html |
Saat ini shanaz ada didalam tahap
perseptual motor. Ini adalah tahap yang seharusnya dikuasai oleh anak umur 3
tahun, tapi mengingat shanaz baru mendengar 18 bulan lebih telat dari umur biologisnya jadi wajar jika dia terlambat dan harus sedikit struggle dibagian ini. Saya percaya kok shanaz akan melewati semua tahap ini dengan baik. Kalau bukan
saya yang percaya dengan dia, lalu siapa lagi?
Jadi kesimpulannya adalah buat para ibu
dan calon ibu yang sedang baca tulisan ini, yuk jangan berhenti belajar. Gali terus ilmu yang ada.
Buku adalah jendela dunia itu benar adanya kok. Dari
buku kita bisa melihat apa saja yang kita ingin lihat. Percaya lah saya pun
bukan orang yang pintar sebenarnya, saya hanya orang yang tidak berhenti
belajar, itu saja :)
No comments:
Post a Comment